PDGK4504/Materi Pemb Bhs ind SD
Sabtu, 22 Juni 2013
Jumat, 21 Juni 2013
Kamis, 20 Juni 2013
Posted by Faisal
3 comments | Kamis, Juni 20, 2013
Aplikasi Pencapaian Target
Kurikulum Sekolah Dasar
Setiap akhir pembelajaran sekolah
tiap semester, biasanya setelah merekap nilai siswa untuk pengisian buku raport
siswa, sekolah membuat dan mengisi format Pencapaian Target Kurikulum, Nilai
Rata-rata Ulangan Umum, dan Taraf serap Kurikulum yang telah dicapai oleh siswa
tiap kelas pada sekolah.
Dalam pengisian target
kurikulum memang tidak terlalu sulit. Tapi terkadang membutuhkan waktu yang
lumayan karena perlu memindahkan data-data nilai yang telah terkumpul.
Biasanya format seperti
ini dibuat dengan program excel karena jelas menggunakan angka-angka dan untuk
memudahkan dalam pekerjaan.
Dalam blog ini saya
mencoba berbagi khususnya bagi ibu/bpk guru yang biasa disekolah berurusan
dalam Pengisian Laporan Target Kurikulum ini mempermudah dalam pekerjaannya yang
nantinya dikirim ke Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan setempat.
Langsung saja ;
- Pertama yang harus dilakukan adalah unduh filenya di sini, lalu disave
- Silakan langsung dibuka filenya, terdiri dari beberapa sheet yang sudah diberi nama Sheet1=untuk rekap, sheet2=1(untuk kelas 1,….dst)
- Cukup mengisi nilai angkanya saja pada format penilaian pada sheet-sheet (sheet rekap jangan diutak atik/diisi angka, biarkan saja)
- Setelah format pencapain target tiap kelas terisi, maka secara otomatis rekap nilai sudah terisi. Artinya kala itu juga pekerjaan selesai.
Selamat mencoba…!
Posted by Faisal
No comments | Kamis, Juni 20, 2013
Buat Anda yang punya problem dalam belajar berhitung buat
putra-putrinya, ini ada tips mudah, cepat, dan menyenangkan berhitung
matematika.
Contohnya :
A. Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan
Bilangan Bulat
1. 8 - 4 = 4
2. 12 + 4 = 16
3. 10 + (-4) = 10 – 4 = 6
4. 13 - (-6) = 13 + 6 = 19
5. -9 – 5 = -14
6. -23 + 6 = 6 - 23 = -17
7. -9 + (-8) = -9 – 8 = -17
8. -12 - (-10) = -12 + 10 = 10
– 12 = -2
B. Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian
Bilangan Bulat
1. 8 x 4 = 32
2. 7 x (-5) = -35
3. -9 x 6 = -54
4. -11 x (-5) = 55
5. 15 : 3 = 5
6. 25 : (-5) = -5
7. -36 : 6 = -6
8. -45 : (-9) = 5
Kenapa demikian ?
Karena berlaku hukum :
1. Jika + ketemu +, maka menjadi +
2. Jika + ketemu -, maka menjadi –
3. Jika - ketemu +, maka menjadi –
4. Jika - ketemu -, maka menjadi +
be continued.......
Rabu, 19 Juni 2013
Posted by Faisal
No comments | Rabu, Juni 19, 2013
Metodolgi mengajar adalah ilmu yang
mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai
dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari
beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
1.
Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode
ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti
secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai
satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan
paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai
dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa
kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat
siswa pasif
b. Mengandung
unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung
daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak
didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang
lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar
mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan
pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila
terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa
kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru
mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran
berjumlah besar
c. Dapat
diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah
dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2.
Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin
Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang
sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini
lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi
bersama ( socialized recitation ).
Metode
diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong
siswa berpikir kritis.
b. Mendorong
siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong
siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil
satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan
metode diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan
anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan
ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara
konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan
anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan
metode diskusi sebagai berikut :
a. tidak
dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta
diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat
dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya
orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
3.
Metode demontrasi ( Demonstration method
)
Metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode
demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau
cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri
Djamarah, ( 2000).
Manfaat
psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
a. Perhatian
siswa dapat lebih dipusatkan
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi
yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman
dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat,
1985)
Kelebihan
metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Membantu
anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan
yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh
konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan
metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Anak
didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak
semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar
dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4.
Metode ceramah plus
Metode
ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode,
yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan
menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
a.
Metode ceramah plus tanya jawab dan
tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara
ceramah dengan Tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib,
yaitu :
1. Penyampaian
materi oleh guru.
2. Pemberian
peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3. Pemberian
tugas kepada siswa.
b. Metode
ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan
urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran,
kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
c.
Metode ceramah plus demonstrasi dan
latihan (CPDL)
Metode
ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran
dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
5. Metode
resitasi ( Recitation method )
Metode
resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume
dengan kalimat sendiri lihat
Kelebihan
metode resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan
yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih
lama.
b. Anak
didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif,
bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan
metode resitasi sebagai berikut :
a. Terkadang
anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan
temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang
tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar
memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
6.
Metode percobaan ( Experimental method )
Metode
percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri
Djamarah, (2000)
Metode
percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan
lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan
metode percobaan sebagai berikut :
a. Metode
ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak
didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan
metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru
dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan
metode percobaan sebagai berikut :
a. Tidak
cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan
mengadakan ekperimen.
b. Jika
eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk
melanjutkan pelajaran.
c. Metode
ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut
Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa
melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan
teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri
berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah.
Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang
dipelajarinya.
Agar
penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan
percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi
tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang
meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan
mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen
siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka
perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian
kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah
sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab
mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan
jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen
itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai
kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan
lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias
diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Prosedur
eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada
siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan
dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang
alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal
yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu
dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan
siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan
jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan
hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes
atau tanya jawab.
Metode
eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari.
Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian,
siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba
mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang
dialaminya itu.
Metode
eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan
metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat
terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat
dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan
metode eksperimen :
(a)
Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini
memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah
diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan
dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar
jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Menurut
Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen
adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen
mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir
dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri
konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam
kehidupannya.
Dalam
metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental,
serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan
proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami
secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental
serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau
kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku
yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran
dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika
sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan
mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan
sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran
dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap
sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan
percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.
Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika
yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan
percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
(3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil
pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari
dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa
diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat
dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan
menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini
merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan
kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan
pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami
konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan
secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain ,
siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan
menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .
Metode
Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari
suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada
prinsip metode ilmiah.
7.
Metode Karya Wisata
Metode
karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh
pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan
peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian
dibukukan.
Kelebihan
metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata
menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam
pengajaran.
b. Membuat
bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran
dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan
metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan
persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang
matang.
c. Dalam
karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama,
sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan
pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya
cukup mahal.
f. Memerlukan
tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan
anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang
dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk
meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) ,
karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya
wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu
tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada,
dan sebagainya.
Menurut
Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan
sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut
menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin
dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam
pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar,
meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil
kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa
mata pelajaran.
Agar
penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu
memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru
perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan
teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan
segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas,
mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan,
(b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya
dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan
bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas
kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu, (c)
Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal
hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang
diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik,
gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karena
itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai
berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati
langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah,
sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan
mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu
maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan
memperluas pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya
jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan
yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau
mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa
dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi,
yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan
teknik karya wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan
atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna,
ialah sebagai berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah,
sehingga mungkin jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu
mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga
pasti menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan
sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi
kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila
tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa
untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku
khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
Suhardjono
(2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki
keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung,
(b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan
atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih
menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan
kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan
teknologi mutakhir.
Sedangkan
kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a) Memakan
waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang
sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi,
(c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.
Menurut
Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar
sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan
sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan
melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan
cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau
obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu
seperti meninjau pegadaian.
Banyak
istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata,
study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada
pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode
karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki
prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran,
(b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang
kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan
metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang
diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat
memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi
dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan
kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi
menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi
terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan
mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
Metode
field trip atau karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan
atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar, terutama pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari
kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non
akademis, tujuan umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan
dengan pengembangan wawasan pengalaman tentang dunia luar.
Sebelum
karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal
yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan
sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati
kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis
sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber
belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata
menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat
dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis,
dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek
pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya
wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan
perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka
yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya
wisata yang akan datang.
8.
Metode latihan keterampilan ( Drill
method )
Metode
latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke
tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu,
bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya.
Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan
metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat
untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat
dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat
untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan,
pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat
membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan
metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat
bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada
penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan
penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang
latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan
mudah membosankan.
d. Dapat
menimbulkan verbalisme.
9.
Metode mengajar beregu ( Team teaching
method )
Metode
mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu
orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik
ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal,
kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung
berhadapan dengan team pendidik tersebut.
10.
Metode mengajar sesama teman ( Peer
teaching method )
Metode
mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya
sendiri
11.
Metode pemecahan masalah ( Problem
solving method )
Metode
ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu
diminta pemecahannya.
12.
Metode perancangan ( projeck method )
yaitu
suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan
diteliti sebagai obyek kajian.
Kelebihan
metode perancangan sebagai berikut :
a. Dapat
merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan
menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan.
b. Melalui
metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode
perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum
yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal,
belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi
bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan
keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus
dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup
fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan
pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang
dibahas.
13.
Metode Bagian ( Teileren method )
yaitu suatu metode
mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian
disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14.
Metode Global (Ganze method )
yaitu suatu metode
mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa
meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
15.
Metode Discovery
Salah satu metode
mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah
maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini:
(a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b)
Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c)
Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul
dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan
menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah
yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga,
anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi
sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian
diharapkan metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai
kesempatan proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery
menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum
sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery
merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang
memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri,
mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research,
penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam
berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan
masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana
dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan
sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan
saja.
Suryosubroto (2002:193)
mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut
misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Langkah-langkah
pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang mengutip
pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan
menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities
untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan
dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya
dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa
sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan
penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan
penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta
dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk
merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk
kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk
bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai
data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan
pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai
dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi
kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian
atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai
dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan
kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan
eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi
proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang
diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n)
Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi
penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan
pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p)
Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang
berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang
benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan
fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya
seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat
kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya
sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide,
generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang
telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan
apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi
berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.
Sedangkan
langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto
(2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan
terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan
dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu
memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e)
Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman
siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi,
data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan
pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang
terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa
yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan
prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
Metode discovery
memiliki kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200)
yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan
dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu
dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang
dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b)
Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin
merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari
pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah
pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan
keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan
kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode
ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih
merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada
suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat
pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui
proses-proses penemuan. Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang
mengecewakan, (g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan
pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang
jawaban nya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju
skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode
discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya
persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin
bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal
yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam
suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk
tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan
menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk
mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena
membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan
dari bentuk kata-kata tertentu. (c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini
mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan
pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan
dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang
memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan
ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan
emosional sosial secara keseluruhan, (e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang
dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin
tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh
guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan
masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
Metode Discovery
menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan
bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran.
Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran
harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang
peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas
pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau
pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih
banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah
atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang
harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu: (a)
Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban
sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data,
fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji
hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi
kesimpulan atau generalisasidalam situasi baru.
Metode Discovery
menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik
penemuan. Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi
sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri
atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi.
Pada metode discovery,
situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning
menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan
metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan
mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan
mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan metode
discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20)
memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk
mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses
kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat
sangat pribadi / individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam
jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.
Metode discovery
menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada
pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan
proses daripada hasil belajar.
Cara mengajar dengan
metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai
berikut: (a) Adanya masalah yang akan dipecahkan, (b) Sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik, (c) Konsep atau prinsip yang harus
ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan
ditulis secara jelas, (d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e)
Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas
pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data, (g) Guru
harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang
diperlukan peserta didik.
16.
Metode Inquiry
Metode inquiry adalah
metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah
didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek
belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini
berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting
sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta
didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan,
melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru
berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang
kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang
bervariasi.
Inquiry pada dasarnya
adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta
didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode
ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang
bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta
didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam
proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan
suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk
menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah
menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan
inquiry adalah: (1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan
terhadap materi yang akan diajarkan. (2) Memberikan tugas kepada peserta didik
untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses
pembelajaran yang dialami siswa. (3) Guru memberikan penjelasan terhadap
persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk
menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum
dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan
(Mulyasa, 2005:236).
Metode inquiry menurut
Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru
untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah
ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti,
atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam
kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.
Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi
secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan
hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut
yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik
bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta
meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka
belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan
pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat
berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses
mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik
kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang
disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa
sedang melakukan inquiry.
Teknik inquiry ini
memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar
kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan
lebih baik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
proses belajar yang baru. (c) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. (d) Mendorong
siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi
kepuasan yang bersifat intrinsik. (f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
(g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. (h) Memberi kebebasan
siswa untuk belajar sendiri. (i) Menghindarkan diri dari cara belajar
tradisional. (j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka
dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut
Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan,
dan sebagainya.